Oleh: Tamsil Linrung (Wakil Ketua DPD RI)
JAKARTA – Pendidikan, laksana mata air yang tak pernah kering. Pendidikan adalah sumber dari semua peradaban yang pernah tumbuh di seluruh penjuru semesta. Bangkit dan runtuhnya sebuah peradaban, karena pendidikan. Dalam setiap tetes pengetahuan yang dialirkan, pendidikan menjadi jembatan yang menghubungkan harapan dan kenyataan, visi dan aksi, serta kemajuan dan keberlanjutan.
Sejarah telah menunjukkan bahwa pendidikan adalah pondasi peradaban. Alvin Toffler, seorang pakar futurisme, menyatakan, “Orang yang buta huruf di abad ke-21 bukanlah mereka yang tidak bisa membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak bisa belajar, melupakan apa yang telah dipelajari, dan mempelajari ulang.” Pandangan ini menekankan pentingnya kemampuan untuk terus beradaptasi dengan perubahan, belajar hal baru, dan melepaskan pemahaman lama dalam menghadapi perkembangan zaman. Kemampuan menyesuaikan diri, dan berinovasi adalah kunci dari keberhasilan pembangunan.
Dalam konteks pembangunan daerah, pendidikan bukan hanya sekadar transfer ilmu, tetapi menyemai benih masa depan. Daerah-daerah yang memiliki sistem pendidikan yang kuat, yang mampu mengintegrasikan kebutuhan lokal dengan perkembangan global, cenderung lebih adaptif dalam menghadapi dinamika sosial, ekonomi, dan teknologi.
Penelitian yang dilakukan oleh UNESCO menunjukkan bahwa peningkatan akses dan kualitas pendidikan di daerah, mampu menurunkan tingkat kemiskinan hingga 17% dan meningkatkan produktivitas daerah sebesar 23%. Ini artinya, semakin banyak universitas menghasilkan sarjana, magister dan doktor yang didorong berkiprah di daerah, maka mengakselerasi pembangunan Indonesia dari daerah.
Kita tidak bisa memisahkan pembangunan dari investasi dalam pendidikan. Seperti seorang petani yang menanam bibit, kita tidak dapat menuai hasil esok hari. Namun, hasilnya akan datang saat para pemuda daerah, yang kini belajar di bangku sekolah dan perguruan tinggi, menjadi inovator, pemimpin, dan penggerak perubahan.
Sebuah studi oleh Bank Dunia menyatakan bahwa, setiap penambahan tahun pendidikan rata-rata atau lama belajar, dapat meningkatkan pendapatan individu sebesar 10%. Penambahan tahun pendidikan yang dimaksud bukan karena terlambat selesai, tapi karena keterbukaan akses terhadap fasilitas belajar.
Di daerah, dampaknya bahkan lebih besar. Karena menciptakan peluang ekonomi baru. Pendidikan juga merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah-daerah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing lokal di tingkat nasional dan internasional.
Namun, tantangan yang kita hadapi tidak sederhana. Pembangunan daerah yang seimbang harus dimulai dari sinkronisasi antara pendidikan dan kebutuhan daerah. Daerah yang kaya akan sumber daya alam, misalnya, membutuhkan pendidikan yang mendorong keterampilan teknis dan pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan. Sementara itu, daerah yang potensial dalam sektor pariwisata harus mempersiapkan sumber daya manusia yang berkompeten dalam manajemen pariwisata dan budaya.
Kita perlu memastikan bahwa kurikulum pendidikan sudah harus mulai dirancang menyesuaikan dengan karakteristik lokal. Pendidikan harus mampu memupuk kecerdasan intelektual sekaligus kearifan lokal, sehingga generasi muda tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berakar pada identitas budaya dan keunikan daerahnya.
Pendidikan harus dirancang tidak sekadar menghasilkan sumber daya manusia berbekal kompetensi teknis seperti terminologi di dalam industri. Tapi juga mencetak insan kamil. Yaitu manusia yang mencapai tingkat kesadaran spiritual dan moral, serta memiliki hubungan kuat dengan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pencipta.
Karena kita meyakini, bahwa tantangan peradaban kita makin kompleks. Pada banyak momen, tantangan itu tidak cukup diatasi dengan manusia yang punya gelar akademik saja. Tapi juga harus ditopang oleh kredibilitas moral.
Saudara-saudara sekalian, pendidikan adalah sebuah jalan berliku, bukan jalan tol yang mulus. Setiap langkah di sepanjang jalan itu menghadapi tantangan. Namun, seperti sebuah perjalanan panjang menuju puncak gunung, setiap langkah yang kita ambil semakin mendekatkan kita pada cakrawala baru yang penuh potensi. Di puncak itulah terletak kesejahteraan dan kemandirian daerah.
Jika pendidikan dilihat sebagai investasi jangka panjang, maka kita memerlukan keberanian untuk menuntaskan tantangan-tantangan yang dihadapi di setiap daerah. Dari keterbatasan infrastruktur, distribusi guru, hingga akses yang belum merata. Namun, dengan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat, kita dapat memastikan, bahwa pendidikan menjadi jembatan yang kokoh untuk menghubungkan potensi daerah dengan kemajuan bangsa.
Kita semua, mungkin nyaris 100% yang hadir di forum ilmiah ini, adalah insan daerah. Para perantau. Kita memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi bagi daerah. Khususnya membangun pendidikan yang inklusif. Termasuk mendorong lingkungan kita, memfasiltiasi mereka mendapatkan akses pendidikan yang baik dan berkualitas. Setiap anak di daerah dan di pelosok, harus dipastikan memiliki akses yang setara terhadap pendidikan berkualitas.