Luwu Utara

Bupati Luwu Utara Minta Pemerintah Pusat Tangani Permanen Jaringan Irigasi Pascabanjir

3234
×

Bupati Luwu Utara Minta Pemerintah Pusat Tangani Permanen Jaringan Irigasi Pascabanjir

Sebarkan artikel ini

Luwu Utara, Wijatoluwu.com – Dalam upaya menyukseskan program swasembada pangan, Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, terus mendorong agar jaringan irigasi teknis di wilayahnya mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat.

Indah menyampaikan bahwa perubahan aliran sungai di Desa Polewali, Kecamatan Baebunta Selatan, akibat banjir bandang pada tahun 2020, telah berdampak pada lima desa di Kecamatan Malangke. Sekitar 11 ribu hektare lahan pertanian turut terdampak akibat peristiwa tersebut.

Pernyataan itu disampaikan Indah saat mendampingi kunjungan kerja Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan, Prof. Fadjry Djufry, di bantaran Sungai Masamba, Desa Polewali, Kamis (23/01/2025).

“Besar harapan kami agar kunjungan Pak Gubernur ini bisa ditindaklanjuti ke kementerian. Kami paham BBWSPJ telah mengintervensi selama tiga tahun berturut-turut, tetapi masih dalam bentuk penanganan darurat. Kami butuh perhatian khusus karena anggaran yang dibutuhkan cukup besar,” ujar Indah.

Ia juga menekankan pentingnya penanganan permanen mengingat terbitnya Inpres Nomor 1 Tahun 2025 tentang ketahanan pangan. “Kalau tidak segera diintervensi, kondisi ini bisa menghambat kesuksesan program ketahanan pangan di Kabupaten Luwu Utara,” tambahnya.

Menanggapi hal tersebut, Pj Gubernur Sulsel, Prof. Fadjry Djufry, menyatakan kesiapannya untuk membantu mendorong persoalan ini ke Kementerian PUPR dan Pertanian. Ia menilai Luwu Utara sebagai salah satu sentra produksi beras nasional yang strategis.

“Pemimpin harus memperjuangkan kebutuhan rakyat, dan itu sudah ditunjukkan oleh Ibu Bupati. Saya tidak janji, tapi ini bagian dari upaya kami. Kalau belum bisa ditangani seluruhnya, bisa dilakukan secara bertahap,” kata Fadjry.

Sebelumnya, sungai kecil yang menghubungkan Sungai Masamba dan Sungai Baliase mengalir ke Baliase. Namun, pascabanjir bandang, aliran sungai berubah mengarah ke Masamba.

Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan SDA BBWSPJ, Nalvian, menjelaskan bahwa kerusakan awal hanya sepanjang 80 meter, namun curah hujan tinggi dan debit sungai besar memperluas kerusakan akibat aliran mencari titik lemah.

“Banjir bandang menyebabkan sedimentasi tinggi yang menutupi aliran Sungai Masamba dan Baliase. Untuk Sungai Baliase, sedimentasi sepanjang 4,6 kilometer membuat kapasitas aliran menurun, sehingga sebagian air mengalir ke Masamba,” jelas Nalvian.

Ia menambahkan bahwa meski permasalahan ini sudah menjadi perhatian BBWSPJ, hingga kini penanganan masih bersifat darurat karena keterbatasan anggaran. Untuk penanganan permanen, diperlukan dana sekitar Rp41 miliar guna membersihkan sedimentasi sedalam 4–6 meter sepanjang 4,6 kilometer.

Tinggalkan Balasan