LUWU, WIJA TO LUWU – Keluarga ahli waris lahan yang digunakan yayasan Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Istiqamah Kabupaten Luwu, Sulsel, mendirikan bangunan, bantah pihaknya sengaja membakar gedung Ponpes. Pihak pengelola pesantren diduga merusak pagar yang dibangun keluarga ahli waris.
“Waktu datang tamunya dari maros tidak ada akses masuk, jadi akhirnya dibongkar paksa itu pagar,” kata salah satu keluarga Ahli Waris, Kiki saat dikonfirmasi, Selasa (16/1/2024).
Insiden pembakaran tersebut terjadi pada hari Rabu (13/12/2023) sekira pukul 21.00 Wita. Pihak keluarga yang tidak terima kemudian mendatangi Ponpes bersama warga sekitar meminta pertanggung jawaban pengelola Ponpes tersebut.
“Om tidak terima karena dia masuki lokasi orang dengan paksa dan dirusak pagarnya. Kemudian ini om maksudnya mau bertanya ‘siapa yang rusaki itu pagar?, harus bertanggung jawab dan perbaiki kembali’,” jelasnya.
Pihak keluarga ahli waris dan pengelola pesantren lalu terlibat perkelahian. Masing-masing dari kedua belah pihak lalu melaporkan hal tersebut ke pihak kepolisian Resort Luwu.
“Saat itu terjadilah perkelahian, dan om saya itu luka di bagian bibir, lutut dan pipinya juga lebam. Akhirnya saya bawa pergi visum, ehh ternyata duluan dia melapor,” ungkapnya.
Buntut pada permasalahan tersebut membuat keluarga ahli waris dan warga sekitar pun merasa resah hingga terjadi insiden pembakaran salah satu bangunan milik Ponpes Darul Istiqamah.
“Dan akhirnya terjadilah insiden ini (Pembakaran) karena keluarga tidak terima dipukul om saya dan keluarga bersama warga sudah tau ini masalah berkepanjangan dan warga juga sudah dibuat resah akibat kelakuannya itu karena orang tau ji mereka datang sebagai guru tapi kayak semena-mena dan akhirnya pecah insiden waktu malam,” imbuhnya.
Diketahui, kejadian tersebut bermula saat pihak pengelola Ponpes Darul Istiqamah Luwu, menerima kunjungan pihak yayasan dari Maros, Sulsel. Kondisi Ponpes saat itu sudah dalam kondisi dipagari oleh keluarga ahli waris.
“Saat itu ada tamunya datang 2 mobil dari maros, ini kan kondisi sekitar (Pesantren) sudah terpagar keliling, kami pagari karena konflik yang berkepanjangan,” tandasnya.