Palopo, Wijatoluwu.com — Seorang guru biasanya disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Sebuah pekerjaan yang memberikan ilmu kepada peserta didik tanpa pamrih memang patut diapresiasi.
Sama halnya dengan seorang guru yang mengajar di SDN 58 Tandung, yang terletak di wilayah pegunungan Kelurahan Peta, Kota Palopo.
Nurseha Andi Kaso Morang, adalah seorang guru ASN yang kerap menyuarakan perbaikan sekolah (SD) di tandung melalui unggahan diakun sosial facebook miliknya (Chea Kasmor).
Berbeda dengan guru ASN pada umumnya, Nurseha sama sekali tidak khawatir dirinya akan mendapat banyak kecaman akibat video unggahannya yang memperlihatkan kondisi sekolah dan siswa yang terbilang memperihatinkan.
Pada sesi wawancara, media ini sedikit membahas perjalanan Nurseha saat melakukan misinya sebagai seorang pendidik di SDN 58 Tandung. Nuseha mengaku menghabiskan waktu satu jam saat perjalanan menuju SDN 58 Tandung.
“Kalau saya biasa starnya jam 7, Kalau perjalanan kurang lebih satu jam naik ojek,” ucapnya, Jumat (10/11/2023).
Nurseha bahkan rela bermalam demi di wilayah tersebut. Dirinya kerap menghabiskan waktu selama 3 hari dalam seminggu di wilayah Tandung itu.
“Kalau di tandung saya bermalam di atas tiga hari, Rabu saya berangkat pulangnya hari Jumat,” terangnya.
Berbeda dengan Tandung, saat di Minjana, Nurseha mengatakan tidak bermalam. Kendati begitu dirinya juga memprioritaskan pembelajaran selama 3 hari meskipun waktu yang diberikan hanya 1 hari dalam sepekan.
“Kalau di Minjana, tiap hari PP, saya ambil tiga hari juga, walaupun saya ditugaskan 1 kali dalam seminggu, tapi saya berpikir ‘tiap hari di kota kita ajari anak-anak, belum bisa dia serap, apa lagi kalau cuma 1 kali dalam 1 minggu. Jadi saya inisiatif sendiri ambil 3 hari,” ungkapnya.
Waktu itu pun tidak terbuang sia-sia. selama di malaksanakan program tersebut, Nurseha kerap berpndah-pindah tempat tinggal di rumah rumah para orang tua siswanya. Hal itu dilakukan untuk membangun kedekatan bersama siswa dan orang tua siswa.
“Kalau pertama-pertama itu, saya dari rumah siswa ke rumah siswa bermalam sekalian itu kami mau lakukan pendekatan ke orang tua siswa,” ujarnya.
Kendati begitu, saat program tersebut telah selesai, ia mengaku tinggal di bangunan sekolah bersama rekan dan salah seorang murid yang ia berikan pembinaan khusus.
“Tapi begitu kami punya program selesai, kami tinggal di kelas sekolah, karena semua bangunannya tidak terpakai jadi kami pakai untuk tempat menginap. kemudian kami punya siswa yang seharusnya sudah kelas 2 SMP tapi tidak tau membaca jadi kami ajak tinggal di situ,” lanjutnya.
Kondisi Tandung yang hingga kini dialiri tenaga listrik menjadi tantangan tersendiri bagi Nurseha saat menginap di sekolah tersebut. Tak hanya itu, saat musim hujan tiba, ia bahkan agak kesulitan karena air yang masuk ke ruang kelas.
“Kalau malam itu gelap gulita, tapi kami siapkan lampu cas, kami cas memang dari Kota untuk persiapan tiga hari. Kalau hujan, masuk air hujan, jadi kami angkat lagi kami punya tempat tidur karena masuk air hujan,” tandasnya.
Ikuti berita terbaru WijaToLuwu.com di Google News