Tari Pangngaru, Simbol Ketangkasan dan Keberanian Masyarakat Rongkong

Luwu Utara, Wijatoluwu.com –– Tari Pangngaru, sebuah tarian tradisional yang berasal dari masyarakat Suku Rongkong, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel), yang dilakukan oleh kalangan laki-laki dengan jumlah 4 hingga 6 orang. Tarian ini sudah ada sejak terbentuknya kerajaan Luwu bersama dengan 12 Anak Suku termasuk didalamnya suku Rongkong.

“Sejak ada kerajaan Luwu yang meliputi tanah Luwu, dan di situ juga sudah dibagi 12 anak suku dan rongkong itu termasuk dalam 12 anak suku di Kerajaan Luwu,” ucap Pemangku Adat Suku Rongkong, Hj. Wajallangi.

IKLAN

“Adanya kerajaan Luwu disitu juga sudah ada Tari Mangngaru. Makanya mulai saat itu Rongkong juga kalau menghadap di kedatuan, tetap mempersembahkan pernyataan sikapnya sebagai orang yang setia dibawah pimpinan kerajaan Luwu. Sebagai pahlawan yang tidak kenal menyerah,” sambungnya.

Tarian ini biasanya dilakukan saat penyambutan tamu agung seperti Raja Datu Luwu dan pejabat daerah saat berkunjung ke tanah Rongkong. Untuk Pejabat sendiri hanya dilakukan sekali, hal itu digelar ketika pejabat tersebut baru pertama kali mengunjungi tanah Rongkong.

“Biasa dilakukan pada saat penyambutan-penyambutan tamu-tamu agung, seperti penyambutan Datu Luwu, Pejabat disambut dengan tari pangaru tapi kalau sudah berulang datang (Pejabat) tidak mi,” paparnya.

Selain digunakan untuk penyambutan tamu-tamu agung, Tari Pangngaru juga kerap digunakan untuk menyambut mempelai laki-laki dari kalangan bangsawan.

“Kemudian pesta pengantin orang terpandang termasuk di keluarga kita, tetap kita sambut dengan Tari Pangaru untuk menyambut rombongan tamu mempelai laki-laki sampai di depan rumah mempelai perempuan,” tuturnya.

Hal menarik dari tari Pangngaru ini ialah makna yang melekat pada tarian tersebut. Tari Pangngaru sendiri disimbolisasikan sebagai wujud keberanian satria tanah Rongkong pada zama dahulu untuk mempertahankan Kerajaan Luwu dengan semangat juang yang luar biasa.

“Tari Pangngaru ini menggambarkan ketangkasan dan keberanian satria tanah Rongkong pada zaman dahulu dalam membela dan mempertahankan Kerajaan Luwu dengan semangat juang yang berkobar-kobar,” jelasnya.

Pada prinsipnya sendiri, Para kesatria dari tanah Rongkong dikenal sebagai kesatria yang tidak kenal dengan kata menyerah. Untuk membakar semangat para kesatria, maka digaungkanlah sebuah kalimat semangat agar para kesatria tersebut tidak menyerah saat berperang membela Kedaulatannya.

“Prinsip mereka maju terus pantang mundur, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh mesa kada dipotuo pantang kada dipomate. begitulah bahasa yang diucapkan apa bila kita dalam keadaan penyambutan,” terangnya.

Ciri dari penari Pangngaru sendiri yaitu menggunakan tombak, pedang dan perisai, menggunakan pakaian yang serba hitam dan celana kato (Sampai Lutut) dan dibagian kepala terdapat desai yang mirip dengan tanduk kerbau.

“Ciri identiknya itu ada Tombak, Pedang, perisai dan untuk pakaiannya itu ada salempangan namanya tenunan kain rongkong, celananya diberi nama celana kato yang sampai lutut, ada juga selendang di pinggangnya, dan songkok tanduk kerbau,” imbuhnya.

Yang unik dari pakaian ini adalah terdapat sebuah simbol di kepala penari. Wajallangi mengatakan simbol tanduk kerbau itu memiliki makna keberanian para kesatria tanah Rongkong.

“Maknanya tanduk di kepala itu adalah simbol keberanian, bagaimana itu kerbau jantan kalau berlaga? Pantang mundur sekalipun dalam pertarungan dia tidak lari,” pungkasnya.

Penulis: Arzad