Oleh: Andi Darman, S.Pd., M.Pd
Wijatoluwu.com — Lembaga pendidikan(sekolah) terdapat keanekaragaman suku, bahasa, adat-istiadat, dan agama yang harus disyukuri sebagai kekayaan bangsa. Namun, tingginya pluralisme di sekolah membuat potensi konflik yang tinggi. Potensi perpecahan dan kesalahpahaman juga tinggi, baik konflik skala kecil maupun dalam skala besar.
Dalam skala kecil, konflik tercermin pada komunikasi tidak sesuai atau tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan rasa tersinggung, marah, frustasi, kecewa bingung, bertanya-tanya dan lain-lain. Sementara itu, konflik dalam skala besar mewujud dalam, misalnya, kerusuhan sosial, kekacauan multibudaya, perseteruan antar ras, etnis, dan agama.
Pemahaman keberagamaan yang multikultural berarti menerima adanya keragaman ekspresi budaya yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan dan keindahan untuk itu maka sudah selayaknya wawasan multikulturalisme dibumikan dalam dunia pendidikan. Wawasan multikulturalisme sangat penting utamanya dalam memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan semangat kemerdekaan RI 1945 sebagai tonggak sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dengan demikian, Indonesia sebagaimana dikuatkan oleh para ahli yang memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan multi etnik, justru menjadikan multikulturalisme sebagai pembelajaran yang berbasis bhineka tunggal ika, dominasi kebudayaan mayoritas, warisan dari persepsi dan pengolaan bhineka tunggal ika yang kurang tepat di masa lalu berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia saat ini.
Kurangnya pemahaman multikultural yang komprehensif justru menyebab degredasi moral generasi muda. Sikap dan prilaku yang muncul seringkali tidak simpatik, bahkan sangat bertolak belakang dengan nilai-nilai budaya luhur nenek moyang. Sikap-sikap seperti sikap kebersamaan, penghargaan terhadap orang lain, kegotongroyongan mulai pudar. Adanya arogansi akibat dominasi kebudayaan mayoritas menimbulkan kurangnya pemahaman dalam berinteraksi dengan budaya maupun orang lain.
Masalah toleransi umat beragama adalah masalah yang selalu menarik untuk dibahas karena masalah tersebut tidak pernah selesai namun tetap aktual dalam dalam Negara Republik Indonesia ini khususnya di sekolah, di mana pun kita berada karena senantiasa bersentuhan dengan hidup dan kehidupan dalam pesertadidik yang berbeda-beda, baik suku, bangsa, adat, dan agama. Sebagai orang yang bekerja dibidang pendidikan(sekolah) harus melakukan upaya bersama dalam memelihara toleransi umat beragama. Sebagian cara yang dapat dilakukan diantaranya:
- Teacher greets. Kegiatan ini adalah rutinitas pembiasaaan atau keteladanan yang dilakukan guru untuk menyambut anak didiknya di depan pintu gerbang sekolah, dengan harapan terwujudnya sekolah nyaman, harmonis suasana yang kondusif serta akan membentuk karakter siswa maupun guru sebagai generasi yang berakhlak mulia.
- Song Playback, sebelum atau sesudah pembelajaran, sekolah memutar lagu-lagu nasional atau lagu pilihan guna menambah semangat atau memotivasi siswa agar rukun, juga nasehat yang diberikan selama ini tetap tumbuh dalam jiwa yang kemudian diaplikasikan dengan perbuatan yang positif .
- Upacara bendera, agar supaya siswa mengambil hikma meskipun mereka memiliki latar belakang yang berbeda harus tetap menjujung tinggi nilai-nilai toleransi dengan melihat Negara Republik Indonesia tercinta merdeka dengan jasa para pahlawan yang berbeda suku, ras, kelompok, bahkan berbeda agama, namun tetap bersama-sama menjaga kedamaian Negara.
- Apel, biasanya dilakukan sebelum masuk di dalam ruangan maupun dilakukan setelah jam pulang sekolah. Selain memberikan arahan kepada siswa ternyata juga dapat bermanfaat sebagai media kontrol guru guna meningkatkan wahana pembinaan, baik pembinaan dari segi jasmani maupun rohani, sehingga di dalam jiwa siswa tertanam cinta diri dan cinta kepada orang lain.
- Gotong royong atau kerja bakti, Selain mebuat sekolah bersih, juga dapat memunculkan manfaat kepada siswa diantaranya; keakraban, kerja sama, menumbuhkan sifat kekeluargaan, meningkatkan persatuan dan kesatuan silaturahim antar siswa.
- Workshop Moderasi Beragama. Kegiatan ini dilakukan baik antar siswa, guru maupun kegiatan ini melibatkan orang tua siswa agar juga menimbulkan pemahaman yang positif. Selain itu kegiatan workshop ini sebagai wahana diskusi yang memberikan informasi sebagai solusi untuk menciptakan kerukunan, rasa keharmonian, kedamian baik pada diri sendiri, keluarga dan masyarakat.