Sosial Comers Membunuh Pedagang Pasar, Apakah Ini Kemajuan Atau Kemunduran?

Penulis: Adzan Noor Bakri (Dosen Program Studi Ekonomi Syariah Pascasarjana IAIN Palopo)

Palopo, Wijatoluwu.com — Pasar tradisional merupakan salah satu ciri khas budaya Indonesia yang menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat.

IKLAN

Namun, belakangan ini pasar tradisional mulai sepi pembeli akibat pergeseran perilaku konsumen yang lebih memilih berbelanja melalui platform sosial comers seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan lain-lain.

Fenomena ini tentu berdampak negatif bagi para pedagang pasar yang menggantungkan hidupnya dari berjualan di pasar. Dalam opini ini, saya ingin mengkritisi fenomena tersebut dan memberikan saran untuk menyelamatkan pasar tradisional dari ancaman kepunahan.

Salah satu alasan mengapa pasar tradisional sepi pembeli adalah karena banyak konsumen yang beralih ke sosial comers karena dianggap lebih praktis, murah, dan variatif.

Menurut Data Reportal, jumlah pengguna media sosial di Indonesia tiap tahunnya meningkat. Pada Januari 2020 tercatat 160 juta penduduk Indonesia menggunakan media sosial dan tren ini akan terus meningkat.

Pertumbuhan ini pun dipandang menjadi kesempatan tersendiri bagi pelaku sosial comers. Sederhananya sebuah platform sosial comers memanfaatkan jejaring yang dimiliki oleh pengguna akhir untuk melakukan transaksi jual-beli barang.

Laporan Mckinsey juga menyebutkan sekitar 40% dari pasar e-commerce di Indonesia merupakan sosial comers2. Hal ini menunjukkan bahwa sosial comers memiliki pangsa pasar yang besar dan potensial di Indonesia.

Namun, perkembangan sosial comers tidak serta merta membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Justru sebaliknya, sosial comers menjadi ancaman serius bagi para pedagang pasar tradisional yang tidak bisa bersaing dengan pedagang online.

Banyak pedagang pasar tradisional yang mengeluhkan turunnya omzet penjualan hingga 50% akibat sepinya pembeli. Bahkan ada juga pedagang yang terpaksa gulung tikar atau beralih profesi karena tidak mampu bertahan. Curhatan pedagang pasar tradisional ini bisa kita lihat di berbagai media sosial seperti TikTok, Twitter, atau Instagram.

Banyak pedagang yang mencoba berjualan online dengan melakukan siaran langsung lewat TikTok live, namun tidak mendapatkan respons yang baik dari penonton. Ada juga pedagang yang mengeluhkan adanya perbedaan harga antara pasar tradisional dan sosial comers yang membuat mereka kalah saing.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fenomena banyaknya pedagang pasar tradisional yang sepi pembeli akibat pergeseran perilaku konsumen yang lebih memilih sosial comers daripada datang langsung ke pasar adalah sebuah masalah yang serius dan membutuhkan solusi segera.

Pasar tradisional tidak boleh dibiarkan terpinggirkan dan terancam punah karena pasar tradisional memiliki nilai ekonomi, sosial, dan budaya yang penting bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, saya menyarankan agar pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat bersama-sama berupaya untuk menyelamatkan pasar tradisional dengan cara-cara berikut ini:

  1. Pemerintah harus memberikan bantuan dan insentif kepada para pedagang pasar tradisional, misalnya dengan memberikan subsidi sewa kios, fasilitas internet gratis, bantuan modal usaha, pelatihan digitalisasi usaha, dan lain-lain.
  2. Pelaku usaha harus menjalin kerjasama dan sinergi antara pasar tradisional dan sosial comers, misalnya dengan membuat platform online khusus untuk pasar tradisional, memberikan diskon atau promo bagi pembeli yang datang langsung ke pasar, mengadakan program loyalitas atau cashback bagi pembeli setia pasar tradisional, dan lain-lain.
  3. Masyarakat harus meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap pasar tradisional, misalnya dengan lebih sering berbelanja di pasar tradisional, memberikan apresiasi dan dukungan kepada pedagang pasar tradisional, menyebarkan informasi positif tentang pasar tradisional di media sosial, dan lain-lain.

Saya berharap opini ini dapat memberikan wawasan dan inspirasi bagi pembaca untuk turut berpartisipasi dalam menyelamatkan pasar tradisional dari ancaman kepunahan.

Pasar tradisional adalah warisan budaya kita yang harus kita jaga dan lestarikan. Mari kita bersama-sama menjaga keberlangsungan pasar tradisional sebagai salah satu pilar perekonomian Indonesia.