Opini  

KTT ASEAN dan Keramahan Masyarakat Lokal

Oleh: Ayub Sadega

Tinggal menghitung hari, Labuan Bajo menjadi Labuan Bangsa-bangsa. Itu dikarenakan Labuan Bajo pusat pelaksanaan KTT ASEAN Summit ke-42 pada 9 hingga 11 Mei 2023.

IKLAN

Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT menjadi kesyukuran bersama masyarakat sebagai Provinsi dengan julukan Nusa Terindah Toleransi.

Labuan Bajo yang dikenal dengan kota pariwisata super premium menjadi titik temu interaksi sosial masyarakat. Hal itu ditandai kehidupan masyarakat Provinsi NTT yang sangat rukun dan toleran antar sesama umat beragama memang benar-benar nyata. Mulai dari gotong royong membangun tempat ibadah, toleransi dalam beragama, dan toleransi dalam berbudaya.

Keberuntugan Indonesia ini sekaligus memberikan peluang dan menunjukkan peran strategis Indonesia memperkuat kapasitas dan kapabilitas kelembagaan ASEAN utamanya dalam membentuk tatanan kawasan yang mendasarkan pada multilateralisme dan nilai-nilai inklusivitas.

Merespon hal tersebut, Labuan Bajo sebagai tempat pelaksanaannya kegiatan tentu, menyambut tamu yang menghadiri kegiatan KTT ASEAN 2023 penuh dengan keramahan masyarakat lokal untuk menampilkan produk UMKM.

Sebagaimana kita ketahui bersama, pelaksanaan KTT ASEAN Summit nantinya akan membawa dampak langsung bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) lokal di Kabupaten Manggarai Barat.

Menurutnya, KTT ASEAN Summit akan membawa keuntungan secara langsung kepada Kabupaten Manggarai Barat, tentu saja akan membawa dampak positif, seperti pertumbuhan sektor transportasi, akomodasi, UMKM hingga pariwisata.

Penulis merasa bangga dan mendukung sepenuhnya pada pemerintah atas kesibukan untuk menyukseskan kegiatan KTT ASEAN dan berharap kegiatan di Labuan Bajo yang melibatkan ribuan orang dari luar daerah pariwisata super prioritas tersebut bisa memberikan imbas pada peningkatan usaha masyarakat lokal di sekitar lokasi kegiatan.

Selain itu penulis juga berharap penerimaan para tamu harus dipenuhi dengan sambutan tradisi kebudayaan, sebab tradisi, nilai-nilai luhur, dan kearifan lokal yang dimiliki dan dihidupi bersama secara turun-temurun oleh suatu kelompok masyarakat tertentu dalam suatu bangsa, kebudayaan dapat dimaknai sebagai identitas kolektif atau jati diri suatu bangsa.

Menjaga keharmonisan kebudayaan itu diperkuatkan oleh Paul Ernest, seorang pakar filosofi matematika, menyinggung akan arti sosial budaya, yakni individu-individu yang membentuk suatu tatanan masyarakat dan terlibat dalam kegiatan bersama-sama.

Olehnya itu, masyarakat tentunya memberikan pelayanan yang maksimal kepada para tamu KTT ASEAN yang hendak berkunjung. Karena pelayanan prima itu menjadi hal yang penting, sehingga tamu akan merasa puas dan akan kembali mendatangi tempat tersebut.